Komunitas Adat TANGGAP DARURAT SULTENG 

Tim AMAN Survey Daerah Rawan Longsor dan Banjir di Kecamatan Marawola Barat

Beberapa hari ini Sulawesi Tengah diguyur hujan lebat. Intensitas hujan yang tinggi, menyebabkan beberapa daerah terancam banjir. Bahkan beberapa desa seperti di Bangga, kecamatan Dolo Selatan minggu lalu terkena banjir bandang akibat sungai meluap. Ancaman terbesar pada musim penghujan kali ini adalah banjir dan longsor.

Menyadari ancaman tersebut, Tim AMAN melakukan survey untuk melihat daerah-daerah yang rawan banjir dan/atau longsor di Sulawesi Tengah pada 30 November – 2 Desember 2018 yang lalu.

Perjalanan pertama ke Komunitas Adat Karavana dan Ona yang secara administratif berada di Kecamatan Marawola Barat. Secara geografis kedua komunitas ini berada di atas pegunungan Kamalisi (sekarang dikenal Gawalise) dengan ketinggian sekitar 900 – 1600 mdpl. Jarak dari Ibu Kota Kabupayten Sigi 33 – 34 kilometer.

Hasil survey dengan menggunakan alat Global Position System (GPS), Tim menemukan beberapa titik lokasi longsor di jalan ruas umum, jalan Palu – Dombu – Soi di Desa Wayu  menyebabkan belum bisa dilalui kendaraan roda empat (mobil). Hingga saat ini belum ada perbaikan jalan. Perbaikan atau pembersihan jalan harus menggunakan alat berat. Sehingga diharapkan pemerintah daerah segera menangani jalan yang tertutup longsor tersebut.    

Dari hasil wawancara dengan Bapak Sete, sekretaris Kecamatan Marawoila Barat, Sigi, yang tinggal di Desa Wayu menyatakan bahwa longsor yang terjadi di ruas jalan di Wayu terjadi pada hari selasa, 6 november 2018 yang lalu. Menurutnya penyebab longsor ini adalah dampak dari gempa bumi 29 September 2018, yang menyebabkan terjadinya retakan (patahan) pada tanah di area pegunungan sehingga daya tahan tanah tidak kuat.  

 “lokasi kami setelah bencana 28 september jalan ruas jalan Palu-dombu soi serta perkebunan mengalami kerusakan  keretakan tanah, kekuatiran kami ini dikarenakan tinggal di gunung takut akan dengan tanah longsor, soal kebun kami rusak masih bisa dialunir dengan tanaman lain, yang kami minta pada umumnya masyarakat desa sekitar kec.marawola barat kab sigi maupun masyakat Kec.Pinembani kab.Donggala adalah perbaikan jalan, jalan merupakan akses utama penunjang perekonomian masyarakat berbagai beraktivitas”, cerita dari Bapak Manto, petani dari Komunitas Adat Karavana di Desa Wayu  dengan nadah sedih.

Senada dengan Pak Eben, pegawai catatan sipir kecamatan Marawola Barat, mengatakan bahwa setiap hari dia melintas jalan poros dari rumahnya yang berada di Desa Uwemanje Kecamatan Kinovaro ke kantornya di Desa Dombu. Menurutnya hampir setiap saat ada tim dari pemerintah daerah datang melakukan pemeriksaan jalan sampai pengukuran. Bahkan ada janji-janji pemerintah daerah melakukan perbaikan jalan akibat longsor. Namun sampai saat ini belum di kerjakan atau ada perbaikan.

Kasian kami yang kerja melayani masyarakat di kantor, kekawatiran kami melintas di jalur tersebut sangat waspada apabila curah hujan tinggi maka kami tidak bisa beraktivitas dan semua tertahan di tempat di karenakan jalan penghubung terputus, jalan alternarif pun tidak ada”, katanya.

Hal serupa  juga di alami oleh masyarakat adat Ona di Desa Lewara Kec.Marawola Barat. Gempa Bumi menyebabkan beberapa titik tanah longsor di ruas jalan penghubung lintas dusun di desa Lewara. Jalan-jalan penghubung antar pemukiman retak dan beberapa fasilitas umum rusak, yaitu gereja dan sekolah.

Dusun 2 desa Lewara merupakan area rawan banjir dan tanah longsor. Pemukiman warga dan sarana umum (SD dan Gereja Bala keselamatan) terancam. Fasilitas tenaga listrik Air (Mikrohidro) rusak.

Tim AMAN melihat jelas dari tempat ketinggian diatas dusun 4 Lewara. Posisi Dusun 2 di Desa Lewara (Masyarakat Adat Ona) berada dilembah kecil yang diapit oleh gunung dan sungai, yaitu Sungai Lewara. Nampak tanah longsor didaerah pegunungan yang menyebabkan tenaga listrik air (Mikrohidro) mengalami rusak parah.

Warga pun kuatir untuk bertahan di area tersebut karena curah hujan semakin tinggi berpotensi banjir dan jarak  titik longsor dan sungai hanya berkisar 30 meter. Hingga saat ini belum ada penanganan dari pihak pemerintah daerah maupun lembaga lain.

(Laporan dari Ikhwal, Tim Tanggap Darurat AMAN) 

Related posts

Leave a Comment